zikrullah n doa

Jumat, 27 Juni 2014

πŸ‘‰❤πŸ‘‰ Our Story πŸ‘‰❤πŸ‘ˆ

.:.Our Story Part 1.:.

Entah berapa kali aku mereplay lagu papinka malam hingga menjelang pagi ini,aku rasa tak terhitung sudah jumlahnya.lagu dengan judul "di mana hatimu" benar benar mewakili perasaanku saat ini.Begitu juga aliran bening yang masih saja merambah di pipiku yang menjadikan mataku bengkak dan menghitam di sekitarnya.
ya,sejak aku menggalkan mukenaku selepas pengaduanku semalam kepada RAAB-ku,aku memilih meninggalkan kamarku dan duduk di pojok taman belakang rumah.aku membiarkan tangisku pecah di antara deruan angin malam yang menyapa pohon pohon rindang dengan suara yang berdesir di sekitar tempat aku duduk,tanpa ada seorangpun yang mengetahuinya jika malam itu aku sedang rapuh.
Rupanya semalam adalah malam yang tidak bersahabat denganku,malam yang menjemput kesunyian menjadi saksi bisu atas semua harapan dan penantianku beberapa tahun ini yang laksana butir butir peluru yang dengan tiba tiba menembus kepalaku yang memaksa menghancurkan pemikiran pemikiranku tentang kita saat itu juga.malam yang menjadi saksi atas betapa tak berdayanya aku yang harus menuruti ingin sekaligus keputusanmu.
Aku melumat sunyi malam seorang diri dan menyandarkan tubuhku di bangku tua memandang jauh ke langit.
pikiranku membawaku pada percakapan tiga hari yang lalu bersama rio yang menjadi awal dari perdebatan hingga akhirnya dia memilih kata koma dari kata kita.ya kita,aku dan dia.yang berarti jarak.



***


"assalamualaikum"
"walaikumsalam"terdengar suara datar tanpa semangat dari jawaban di seberang.
"baru pulang ya"tanyaku membuka percakapan
"iya"jawabnya lagi singkat,
selalu begitu jawaban yang ku peroleh.tak ada lagi tanya ulang darinya kepadaku sebagai rasa keingintahuannya tentang keadaanku seperti yang dulu dulu,jika sudah seperti itu aku hanya bisa menahan butiran airmata yg siap meluncur ke luar dan mengatur intonasi suaraku agar tidak terdengar bergetar menahan tangis.
Batinku berteriak"kenapa kau sekarang tak pernah mempertanyakan keadaanku ai,sudah hampir enam bulan sekarang kau mengacuhkanku".namun hati kecilku kembali memberi jawaban"dia sibuk dengan pekerjaanya sekarang,banyak sekali hal yang harus di pikirkannya jadi mengertilah karna kau tak bisa membantunya seperti yang beberapa hari sebelumnya pernah dia ucapkan"
dan kamipun saling bungkam,aku dengan pikiranku yang masih tentangnya dan dia...arghhh entahlah apa yang dia pikirkan setiap kali diam jika aku meneleponnya.mungkin dia memang benar benar malas mendengar suaraku seperti yang selalu dia ucapkan di setiap akhir perdebatan perdebatan kecil antara aku dan dia akhir akhir ini.
"kamu sedang apa"tanyaku lagi membuyarkan kebungkaman antara kami berdua.
"siap siap mau pulang,"
Dan aku diam tak bersuara mendengar jawabannya.
"kamu marah?"tanyanya menambahkan.
aku tak menjawab pertanyaannya hanya menghela nafas dalam entah dia mendengar atau tidak namun selepasnya dia berkata lagi "sulit ya menerima keadaanku yang seperti sekarang ini".
"maksudmu?"tanyaku memperjelas atas ucapannya.
hening sesaat tak ada lagi jawaban.
"Aku heran sama sikapmu sekarang ai,kamu tak seperti yang dulu lagi"tanyaku pelan berusaha tak membangkitkan emosi dia.
"perasaan kamu saja,tak ada yang berubah denganku" jawabnya ketus
"tidak,kamu sekarang berubah gak seperti dulu lagi,kamu dulu care sama aku sekarang menyapaku aja  kamu bilang tak ada waktu,padahal kamu bisa futsal sama teman teman kamu,kamu bilang capek tapi ada waktu buat futsal apakah menyapaku merupakan suatu pekerjaan yang berat?setiap kali aku telpon kamu bilang capek capek dan capek.kenapa buat temanmu kamu ada waktu tapi buatku tidak ada????cerocosku menumpahkan segala uneg uneg yang bertengger di benakku beberapa bulan terakhir ini.
"arghhh...aku udah malas,mau kamu apa?jangan muter muter ngomongnya.aku capek aku udah bener bener malas,ngomong mau kamu apa"jawabnya dengan suara keras dan ketus
"astaqfirullohaladzim ai...aku tanya baik baik kenapa kamu nyolot kayak gitu."
"sebenarnya aku ini apa kamu?kenapa kamu kasar banget ma aku,kamu dulu gak kayak gitu kenapa sekarang kamu seperti itu ai?"
"arghhhh udahlah kamu yang gak kenal aku ajja,aku sama dari dulu hingga sekarang ya kayak gini.kalau mau ya gini kalau gak ya terserah"jawab rio ketus seakan tanpa beban.
aku menghela nafas dalam mendengar ucapan rio seperti itu,tak terasa bulir bening tak mampu ku tahan lagi.aku terisak dalam diamku dan menutup ujung telepon dengan tanganku berharap dia tak mendengar suara tangisku.
"aku rasa bukan aku yang tak bisa mengenalimu,tapi kamu yang berubah ai,waktu tiga tahun lebih bukan waktu yang singkat untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan bukan?tanyaku setelah aku mampu menguasai tangisku.atau kamu menyesal mengenalku setelah kau tahu keadaanku yang hanya gadis kampung setelah kau bertandang ke riumahku setahun setengah yang lalu?"
"tidak,aku gak bernah berfikir ke arah situ.mau kamu apa,ngomong jangan puter puter kemana mana kayak gini,ngomong aja"ucapnya lagi lagi dengan nada marah.
"udah udah jangan marah,aku gak mau apa apa.kontrol emosi kamu aku gak ingin darah tinggi kamu kambuh gara gara aku"tuturku berusaha meredam emosinya yang udah mulai meninggi.
"biarin toh kamu udah gak peduli lagi"
"kalau aku gak peduli ma kamu ngapain aku menghubungi kamu tiap hari?itu karna aku care ke kamu bukannya kayak kamu ke aku nyapa aja gak ma..."
"mau mulai lagi debatnya"potongnya kepadaku
"nggak nggak,kamu kapan pulang?"tanyaku mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"gak tau,aku lapar"
"kalau lapar makan dulu baru pulang,hati hati di jalan..."
"iya"
"ya udah,udah malam siap siap aja dulu ntar keburu malam"
"iya"jawabnya sekali lagi.
aku menarik nafas dalam lalu mengucapkan salam padanya dan mematikan hp.


***


kekuatan hati akan sebuah tekad yang telah terpatri membuat lebih mudah menjalani perputaran hari,berat tak lagi sebuah kendala,waktu bukan lagi sebuah kelelahan hati.

"halo assalamualaikum..."
"halo assalamualaikum,dengar suaraku gak ai...?"dengan nada suara yang bahagia.
"iya dengar...alaikumsalam,lagi di mana rame amat..."tanyaku kepadanya
"lagi di luar makan ma teman teman"
"ooo,pantes berisik"ucapku pelan.
"gimana ai..."
"apanya..."
"nggak..."
"oh ya ai,aku dapat kiriman kado ultah dari orang yang kamu benci"ucapku pelan.
hening menyelimuti percakapanku dengannya.tak ada respon darinya.batinku bersorak girang "asyik dia pasti cemburu,dengan mendengar kenyataan ini dia pasti cemburu.aku kangen cemburumu ai,aku sangat kangen dengan ekspresimu saat cemburu seperti yang dulu dulu"bisik hati kecilku seorang diri.
"siapa"tanyanya kemudian
"agus"jawabku pelan
"apa kadonya?
"buku"
"bagus bukunya"
"bagus ai"
"ai ternyata statusmu benar ya"ucapnya tiba tiba
"status apa?"
"status di facebook,kepercayaan itu ibarat keperawanan:harus di jaga karna sekali hilang tak kan pernah kembali.ya seperti itu aku ke kamu.aku udah gak percaya lagi sama kamu.jadi selama ini kamu masih tetap berhubungan dengan dia dan kamu udah ngebohongin aku jadi lakukan aja apa yang kamu mau aku udah gak peduli lagi ma kamu"
"bukannya begitu ai..."
"udah kamu nikah aja ma dia"ucapnya ketus sembari mematikan telepon tanpa mau mendengarkan penjelasanku.
aku menarik nafas dalam sembari memandangi hpku yang berada di tanganku"kamu egois ai"bisikku seorang diri.nyeri kembali menyusup ke dadaku.lagi dan lagi aku menarik nafas dalam.
"kenapa kau tidak pernah mengakui bila kamu cemburu,bukankah sebenarnya itu yang ada di dalam pikiranmu,kamu egois ai terlalu egois untuk mengakui perasaan kamu sendiri"makiku seorang diri.
sesal menyeruak tiba tiba dalam hatiku.pancingan yang menginginkan cemburunya ternyata menjadi awal boomerang antara aku dan dia.
Aku tak mampu menahan rasa keingintahuanku alasan amarahnya,akupun mencoba kembali menghubunginya,
"kenapa sih kamu itu ai"tanyaku langsung tanpa basa basi
"maaf ini siapa ya,saya bukan rio"jawabnya dengan suara polos
"saya temannya,dia di mana?"tanyaku langsung tanpa basa basi juga
"dia lagi keluar mbak"
deg,aku kaget saat suara di sebrang berkata demikian.bukannya tadi rio bilang sedang di luar kenapa temannya jawab dia sekarang ke luar.aku langsung bisa menebak penerima telpon ini sedang berbohong.akupun meluncurkan berbagai pertanyaan ke dia secara bolak balik.
"bukannya dia tadi bilang dah di luar kok kamu bilang keluar lagi,kamu bohong ya"
"emmmmm maksudku ke toilet mbak"jawabnya blepotan seperti ada jeda berfikir.
"kenapa mesti bohong mas,dia ada di samping kamu kamu bilang ke toilet"
"dia ke toilet mbak"
"kamu bohong,berani bersumpah kalau dia sekarang lagi ke toilet?"
"loh,,,kok gitu,penting gitu mbak"
"ya penting buat saya mas,jika mas gak bohong mas berani ngucapin,mas kan laki laki"ucapku sambil menahan emosi.
"bukanyya gitu..."jawabnya
"mas berkelit,dan itu udah bukti kuat buat saya jika mas bohong,tolong donk mas hargai saya.jangan main main ini bukan telpon lokal yg bisa buat mainan".
"emang ini telpon dari mana?"
"luar negeri"jawabku ketus.
"luar negerinya mana ya?"
"mas kenal rio udah lama?"tanyaku ngawur sekenanya.
"penting buat kamu saoya kenal rio sejak kapan?"
"nah...itu, sekarang jawaban mas saya kembalikan,apakah penting buat mas untuk tahu saya telepon dari negara mana?"
ku dengar tawa pendek dari seberang,mungkin dia membenarkan penyangkalanku yang aku lontarkan kepadanya.
Rasa sakit lagi lagi memburu di dalam dadaku.sumpah serapah seakan ingin ku tumpahkan ke suara di seberang,tapi aku sadar itu hanya membuat dosa kepada orang yang tak pernah ku lihat batang hidungnya.akupun diam...membiarkan suara di sebrang terus terusan bilang hallo.
"di matikan"ucapnya kemudian di sertai suara tawa bersama yang samar samar terdengar,sesaat kemudian ku pandangi layar hpku tertera tulisan call ended.



***

                             bagaimana rasanya jika itu terjadi padamu ai???

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 27 Juni 2014

πŸ‘‰❤πŸ‘‰ Our Story πŸ‘‰❤πŸ‘ˆ

Diposting oleh Nayla Ahebich di 17.49

.:.Our Story Part 1.:.

Entah berapa kali aku mereplay lagu papinka malam hingga menjelang pagi ini,aku rasa tak terhitung sudah jumlahnya.lagu dengan judul "di mana hatimu" benar benar mewakili perasaanku saat ini.Begitu juga aliran bening yang masih saja merambah di pipiku yang menjadikan mataku bengkak dan menghitam di sekitarnya.
ya,sejak aku menggalkan mukenaku selepas pengaduanku semalam kepada RAAB-ku,aku memilih meninggalkan kamarku dan duduk di pojok taman belakang rumah.aku membiarkan tangisku pecah di antara deruan angin malam yang menyapa pohon pohon rindang dengan suara yang berdesir di sekitar tempat aku duduk,tanpa ada seorangpun yang mengetahuinya jika malam itu aku sedang rapuh.
Rupanya semalam adalah malam yang tidak bersahabat denganku,malam yang menjemput kesunyian menjadi saksi bisu atas semua harapan dan penantianku beberapa tahun ini yang laksana butir butir peluru yang dengan tiba tiba menembus kepalaku yang memaksa menghancurkan pemikiran pemikiranku tentang kita saat itu juga.malam yang menjadi saksi atas betapa tak berdayanya aku yang harus menuruti ingin sekaligus keputusanmu.
Aku melumat sunyi malam seorang diri dan menyandarkan tubuhku di bangku tua memandang jauh ke langit.
pikiranku membawaku pada percakapan tiga hari yang lalu bersama rio yang menjadi awal dari perdebatan hingga akhirnya dia memilih kata koma dari kata kita.ya kita,aku dan dia.yang berarti jarak.



***


"assalamualaikum"
"walaikumsalam"terdengar suara datar tanpa semangat dari jawaban di seberang.
"baru pulang ya"tanyaku membuka percakapan
"iya"jawabnya lagi singkat,
selalu begitu jawaban yang ku peroleh.tak ada lagi tanya ulang darinya kepadaku sebagai rasa keingintahuannya tentang keadaanku seperti yang dulu dulu,jika sudah seperti itu aku hanya bisa menahan butiran airmata yg siap meluncur ke luar dan mengatur intonasi suaraku agar tidak terdengar bergetar menahan tangis.
Batinku berteriak"kenapa kau sekarang tak pernah mempertanyakan keadaanku ai,sudah hampir enam bulan sekarang kau mengacuhkanku".namun hati kecilku kembali memberi jawaban"dia sibuk dengan pekerjaanya sekarang,banyak sekali hal yang harus di pikirkannya jadi mengertilah karna kau tak bisa membantunya seperti yang beberapa hari sebelumnya pernah dia ucapkan"
dan kamipun saling bungkam,aku dengan pikiranku yang masih tentangnya dan dia...arghhh entahlah apa yang dia pikirkan setiap kali diam jika aku meneleponnya.mungkin dia memang benar benar malas mendengar suaraku seperti yang selalu dia ucapkan di setiap akhir perdebatan perdebatan kecil antara aku dan dia akhir akhir ini.
"kamu sedang apa"tanyaku lagi membuyarkan kebungkaman antara kami berdua.
"siap siap mau pulang,"
Dan aku diam tak bersuara mendengar jawabannya.
"kamu marah?"tanyanya menambahkan.
aku tak menjawab pertanyaannya hanya menghela nafas dalam entah dia mendengar atau tidak namun selepasnya dia berkata lagi "sulit ya menerima keadaanku yang seperti sekarang ini".
"maksudmu?"tanyaku memperjelas atas ucapannya.
hening sesaat tak ada lagi jawaban.
"Aku heran sama sikapmu sekarang ai,kamu tak seperti yang dulu lagi"tanyaku pelan berusaha tak membangkitkan emosi dia.
"perasaan kamu saja,tak ada yang berubah denganku" jawabnya ketus
"tidak,kamu sekarang berubah gak seperti dulu lagi,kamu dulu care sama aku sekarang menyapaku aja  kamu bilang tak ada waktu,padahal kamu bisa futsal sama teman teman kamu,kamu bilang capek tapi ada waktu buat futsal apakah menyapaku merupakan suatu pekerjaan yang berat?setiap kali aku telpon kamu bilang capek capek dan capek.kenapa buat temanmu kamu ada waktu tapi buatku tidak ada????cerocosku menumpahkan segala uneg uneg yang bertengger di benakku beberapa bulan terakhir ini.
"arghhh...aku udah malas,mau kamu apa?jangan muter muter ngomongnya.aku capek aku udah bener bener malas,ngomong mau kamu apa"jawabnya dengan suara keras dan ketus
"astaqfirullohaladzim ai...aku tanya baik baik kenapa kamu nyolot kayak gitu."
"sebenarnya aku ini apa kamu?kenapa kamu kasar banget ma aku,kamu dulu gak kayak gitu kenapa sekarang kamu seperti itu ai?"
"arghhhh udahlah kamu yang gak kenal aku ajja,aku sama dari dulu hingga sekarang ya kayak gini.kalau mau ya gini kalau gak ya terserah"jawab rio ketus seakan tanpa beban.
aku menghela nafas dalam mendengar ucapan rio seperti itu,tak terasa bulir bening tak mampu ku tahan lagi.aku terisak dalam diamku dan menutup ujung telepon dengan tanganku berharap dia tak mendengar suara tangisku.
"aku rasa bukan aku yang tak bisa mengenalimu,tapi kamu yang berubah ai,waktu tiga tahun lebih bukan waktu yang singkat untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan bukan?tanyaku setelah aku mampu menguasai tangisku.atau kamu menyesal mengenalku setelah kau tahu keadaanku yang hanya gadis kampung setelah kau bertandang ke riumahku setahun setengah yang lalu?"
"tidak,aku gak bernah berfikir ke arah situ.mau kamu apa,ngomong jangan puter puter kemana mana kayak gini,ngomong aja"ucapnya lagi lagi dengan nada marah.
"udah udah jangan marah,aku gak mau apa apa.kontrol emosi kamu aku gak ingin darah tinggi kamu kambuh gara gara aku"tuturku berusaha meredam emosinya yang udah mulai meninggi.
"biarin toh kamu udah gak peduli lagi"
"kalau aku gak peduli ma kamu ngapain aku menghubungi kamu tiap hari?itu karna aku care ke kamu bukannya kayak kamu ke aku nyapa aja gak ma..."
"mau mulai lagi debatnya"potongnya kepadaku
"nggak nggak,kamu kapan pulang?"tanyaku mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"gak tau,aku lapar"
"kalau lapar makan dulu baru pulang,hati hati di jalan..."
"iya"
"ya udah,udah malam siap siap aja dulu ntar keburu malam"
"iya"jawabnya sekali lagi.
aku menarik nafas dalam lalu mengucapkan salam padanya dan mematikan hp.


***


kekuatan hati akan sebuah tekad yang telah terpatri membuat lebih mudah menjalani perputaran hari,berat tak lagi sebuah kendala,waktu bukan lagi sebuah kelelahan hati.

"halo assalamualaikum..."
"halo assalamualaikum,dengar suaraku gak ai...?"dengan nada suara yang bahagia.
"iya dengar...alaikumsalam,lagi di mana rame amat..."tanyaku kepadanya
"lagi di luar makan ma teman teman"
"ooo,pantes berisik"ucapku pelan.
"gimana ai..."
"apanya..."
"nggak..."
"oh ya ai,aku dapat kiriman kado ultah dari orang yang kamu benci"ucapku pelan.
hening menyelimuti percakapanku dengannya.tak ada respon darinya.batinku bersorak girang "asyik dia pasti cemburu,dengan mendengar kenyataan ini dia pasti cemburu.aku kangen cemburumu ai,aku sangat kangen dengan ekspresimu saat cemburu seperti yang dulu dulu"bisik hati kecilku seorang diri.
"siapa"tanyanya kemudian
"agus"jawabku pelan
"apa kadonya?
"buku"
"bagus bukunya"
"bagus ai"
"ai ternyata statusmu benar ya"ucapnya tiba tiba
"status apa?"
"status di facebook,kepercayaan itu ibarat keperawanan:harus di jaga karna sekali hilang tak kan pernah kembali.ya seperti itu aku ke kamu.aku udah gak percaya lagi sama kamu.jadi selama ini kamu masih tetap berhubungan dengan dia dan kamu udah ngebohongin aku jadi lakukan aja apa yang kamu mau aku udah gak peduli lagi ma kamu"
"bukannya begitu ai..."
"udah kamu nikah aja ma dia"ucapnya ketus sembari mematikan telepon tanpa mau mendengarkan penjelasanku.
aku menarik nafas dalam sembari memandangi hpku yang berada di tanganku"kamu egois ai"bisikku seorang diri.nyeri kembali menyusup ke dadaku.lagi dan lagi aku menarik nafas dalam.
"kenapa kau tidak pernah mengakui bila kamu cemburu,bukankah sebenarnya itu yang ada di dalam pikiranmu,kamu egois ai terlalu egois untuk mengakui perasaan kamu sendiri"makiku seorang diri.
sesal menyeruak tiba tiba dalam hatiku.pancingan yang menginginkan cemburunya ternyata menjadi awal boomerang antara aku dan dia.
Aku tak mampu menahan rasa keingintahuanku alasan amarahnya,akupun mencoba kembali menghubunginya,
"kenapa sih kamu itu ai"tanyaku langsung tanpa basa basi
"maaf ini siapa ya,saya bukan rio"jawabnya dengan suara polos
"saya temannya,dia di mana?"tanyaku langsung tanpa basa basi juga
"dia lagi keluar mbak"
deg,aku kaget saat suara di sebrang berkata demikian.bukannya tadi rio bilang sedang di luar kenapa temannya jawab dia sekarang ke luar.aku langsung bisa menebak penerima telpon ini sedang berbohong.akupun meluncurkan berbagai pertanyaan ke dia secara bolak balik.
"bukannya dia tadi bilang dah di luar kok kamu bilang keluar lagi,kamu bohong ya"
"emmmmm maksudku ke toilet mbak"jawabnya blepotan seperti ada jeda berfikir.
"kenapa mesti bohong mas,dia ada di samping kamu kamu bilang ke toilet"
"dia ke toilet mbak"
"kamu bohong,berani bersumpah kalau dia sekarang lagi ke toilet?"
"loh,,,kok gitu,penting gitu mbak"
"ya penting buat saya mas,jika mas gak bohong mas berani ngucapin,mas kan laki laki"ucapku sambil menahan emosi.
"bukanyya gitu..."jawabnya
"mas berkelit,dan itu udah bukti kuat buat saya jika mas bohong,tolong donk mas hargai saya.jangan main main ini bukan telpon lokal yg bisa buat mainan".
"emang ini telpon dari mana?"
"luar negeri"jawabku ketus.
"luar negerinya mana ya?"
"mas kenal rio udah lama?"tanyaku ngawur sekenanya.
"penting buat kamu saoya kenal rio sejak kapan?"
"nah...itu, sekarang jawaban mas saya kembalikan,apakah penting buat mas untuk tahu saya telepon dari negara mana?"
ku dengar tawa pendek dari seberang,mungkin dia membenarkan penyangkalanku yang aku lontarkan kepadanya.
Rasa sakit lagi lagi memburu di dalam dadaku.sumpah serapah seakan ingin ku tumpahkan ke suara di seberang,tapi aku sadar itu hanya membuat dosa kepada orang yang tak pernah ku lihat batang hidungnya.akupun diam...membiarkan suara di sebrang terus terusan bilang hallo.
"di matikan"ucapnya kemudian di sertai suara tawa bersama yang samar samar terdengar,sesaat kemudian ku pandangi layar hpku tertera tulisan call ended.



***

                             bagaimana rasanya jika itu terjadi padamu ai???

0 komentar on "πŸ‘‰❤πŸ‘‰ Our Story πŸ‘‰❤πŸ‘ˆ"

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates